Ihwal.id – Sholawat Mubrom, salah satu bentuk doa yang sangat populer di kalangan umat Islam, berisi harapan dan permohonan perlindungan agar dijauhkan dari bala’ atau malapetaka yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Doa ini menjadi manifestasi ketundukan hamba kepada kekuasaan mutlak Tuhan.
Berikut ini adalah lirik Sholawat Mubrom yang disertai dengan teks Arab berharakat, tulisan latin, serta terjemahannya:
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَادْفَعْ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ الْمُبْرَمِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Latin:
“Allâhumma sholli wa sallim ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wadfa’ ‘annâ minal balâ-il mubromi innaka ‘alâ kulli syai-in qodîr.”
Terjemahan:
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, dan jauhkan kami dari malapetaka yang sudah ditentukan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Inti Makna dan Ketentuan Ilahi
Bentuk shalawat ini pada intinya merupakan pengakuan terhadap adanya musibah dan ujian yang telah digariskan oleh Allah sebagai bagian dari ketentuan-Nya. Melalui Sholawat Mubrom, seorang Muslim memohon agar Allah, dengan kasih sayang-Nya yang tak terbatas, mengangkat serta menjauhkan malapetaka yang sudah ditetapkan tersebut.
Shalawat Mubrom mengandung pesan yang kuat mengenai ketundukan dan pengakuan terhadap kekuasaan Allah yang tak terbatas. Hanya Dia-lah yang berhak dan mampu mengubah atau mencegah sesuatu yang telah ditetapkan-Nya.
Pentingnya Berserah Diri dan Perlindungan
Bacaan shalawat ini juga berfungsi sebagai pengingat bagi umat Islam untuk senantiasa berserah diri (tawakal) dan berlindung kepada Allah dalam setiap keadaan. Kondisi lapang maupun sempit, suka maupun duka, semuanya harus dihadapi dengan keyakinan penuh akan pertolongan-Nya.
Dengan mengamalkan Sholawat Mubrom secara rutin, umat Islam juga mengharapkan untuk mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad Saw. Keberkahan dalam hidup dan kedekatan kepada Allah diyakini dapat diperoleh melalui perantaraan Nabi Muhammad Saw.
Konteks Historis dan Keutamaan
Sholawat ini melengkapi ajaran Islam tentang ikhtiar dan doa, di mana takdir (ketentuan) tidak lantas membuat manusia putus asa, melainkan harus direspons dengan permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Pengamalan shalawat menjadi salah satu cara efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah, sekaligus memohon rahmat dan pertolongan-Nya.
Praktik ini menegaskan bahwa seorang Muslim harus selalu hidup dalam pengharapan kepada Tuhan, bahkan terhadap hal-hal yang sudah tergariskan.






